(EYD)
dan Tanda Baca
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah ejaan bahasa Indonesia yang berlaku sejak tahun
1972. Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya, Ejaan Republik atau Ejaan
Soewandi. Ada beberapa tanda baca yang terdapat pada EYD yang sering digunakan
dalam kehidupan sehari-hari.
Tanda baca yang terdapat dalam EYD :
1. Tanda Titik
- Tanda titik dipakai pada akhir
kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Misalnya:
Dia menanyakan siapa yang akan
datang.
- Tanda titik dipakai di antara nama
penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru,
dan tempat terbit dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Siregar, Merari. 1920. Azab dan
Sengsara. Weltervreden: Balai Pustaka.
2. Tanda Koma (,)
- Tanda koma dipakai di antara
unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
Misalnya:
Saya membeli kertas, pena, dan
tinta.
- Tanda koma dipakai untuk
memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang
didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan.
Misalnya:
Saya ingin datang, tetapi hari
hujan.
- Tanda koma dipakai di antara (i)
nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv)
nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Misalnya:
Surat-surat ini harap dialamatkan
kepada Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Raya Salemba 6,
Jakarta.
- Tanda koma dipakai untuk
menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Alisjahbana, Sutan Takdir. 1949.
Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia, jilid 1 dan 2. Djakarta: PT Pustaka Rakjat.
- Tanda koma dipakai di antara nama
orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan
nama diri, keluarga, atau marga.
Misalnya:
Ny. Khadijah, M.A.
- Tanda koma dipakai untuk mengapit
keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
Misalnya:
Semua siswa, baik yang laki-laki
maupun yang perempuan, mengikuti latihan paduan suara.
3. Tanda Titik Dua (:)
- Tanda titik dua dapat dipakai pada
akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian.
Misalnya:
Kita sekarang memerlukan perabot
rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
- Tanda titik dua dipakai sesudah
kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Misalnya:
Ketua : Ahmad Wijaya
- Tanda titik dua dapat dipakai
dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Misalnya:
Ibu : (meletakkan beberapa koper)
“Bawa koper ini, Mir!”
Amir : “Baik, Bu.” (mengangkat koper
dan masuk)
4. Tanda Hubung (-)
- Tanda hubung menyambung suku-suku
kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris.
Misalnya:
Di samping cara-cara lama itu ada
ju-
ga cara yang baru.
- Tanda hubung menyambung
unsur-unsur kata ulang.
Misalnya:
anak-anak
- Tanda hubung boleh dipakai untuk
memperjelas (i) hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan, dan (ii)
penghilangan bagian kelompok kata.
Misalnya:
ber-evolusi
- Tanda hubung dipakai untuk
merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.
Misalnya:
di-smash
5. Tanda Pisah (–)
- Tanda pisah membatasi penyisipan
kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat.
Misalnya:
Kemerdekaan bangsa itu–saya yakin
akan tercapai–diperjuangkan oleh bangas itu sendiri.
- Tanda pisah dipakai di antara dua
bilangan atau tanggal dengan arti ‘sampai’.
Misalnya:
Jakarta–Bandung.
6. Tanda Tanya (?)
- Tanda tanya dipakai pada akhir
kalimat tanya.
Misalnya:
Kapan ia berangkat?
7. Tanda Seru (!)
- Tanda seru dipakai sesudah
ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan
kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat.
Misalnya:
Alangkah seramnya peristiwa itu!
8. Tanda Kurung ((…))
- Tanda kurung mengapit tambahan
keterangan atau penjelasan.
Misalnya:
Bagian Perencanaan sudah selesai
menyusun DIK (Daftar Isian Kegiatan) kantor itu.
- Tanda kurung mengapit keterangan
atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan.
Misalnya:
Sajak Tranggono yang berjudul “Ubud”
(nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962.
- Tanda kurung mengapit huruf atau
kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.
Misalnya:
Pejalan kaki itu berasal dari (Kota)
Surabaya.
9. Tanda Petik (“…”)
- Tanda petik mengapit judul syair,
karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
Misalnya:
Bacalah ”Bola Lampu” dalam buku Dari
Suatu Masa, dari Suatu Tempat.
- Tanda baca penutup kalimat atau
bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit kata atau
ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian
kalimat.
Misalnya:
Karena warna kulitnya, Budi mendapat
julukan “Si Hitam”.
10. Tanda Penyingkat atau Apostrof
(‘)
- Tanda penyingkat atau apostrof
menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.
Misalnya:
Ali ’kan kusurati. (‘kan = akan)
Sumber :
1. Bahasa Indonesia : Ejaan Yang
Disempurnakan, Aang Sudiar
2.
http://pustakabahasa.wordpress.com/2009/01/28/penggunaan-tanda-baca-eyd/